Bandar Lampung — Stereotip ‘nyaleg’ sering dikaitkan dengan keinginan calon wakil rakyat memperkaya diri. Bagaimana tidak, gaji DPR RI memang bikin ngiler.
Di balik stereotip itu, sebenarnya nyaleg adalah salah satu cara rakyat mewakili puluhan ribu rakyat lainnya atau pun daerahnya dalam membawa keluh kesah di parlemen. Namun demikian, tak bisa dipungkiri masih ada oknum anggota legislatif yang mengkhianati kepercayaan rakyat dan melakukan korupsi.
Sementara itu, di samping adanya gaji yang menggiurkan baik gaji pokok maupun tunjangan-tunjangan sebagai anggota dewan, ada Calon Legislatif (Caleg) asal Lampung yang nekat memberikan keseluruhan pendapatannya untuk rakyat khususnya anak muda.
Caleg tersebut Hadin A Miftah, salah satu caleg asal Lampung yang diusung Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Hadin merupakan Caleg DPR-RI dapil 1 Lampung nomor urut 7 asal PKS yang wilayahnya mencakup Kota Bandar Lampung, Kota Metro, Lampung Selatan, Pesawaran, Tanggamus, Pringsewu, Lampung Barat, dan Pesisir Barat.
Janji Hadin tergolong berbeda dengan yang lainnya, jika ada yang menyisihkan beberapa persen untuk rakyat atau hanya menjanjikan perjuangan aspirasi, ia nekat memberikan keseluruhan gaji dan tunjangan untuk rakyat.
“Saya maju di kontestasi ini sebagai wakil rakyat, dan menurut saya gaji anggota DPR juga hak rakyat,” kata Hadin kepada awak media massa di hari pertama massa kampanye Pemilu 2024.
Jika para caleg terkenal dengan janji manisnya, Caleg Milenial ini menegaskan, janjinya bukan semata menarik perhatian masyarakat, tetapi juga pembuktian keberpihakan terhadap rakyat.
“Aspirasi masyarakat nantinya (jika terpilih) pasti akan saya diperjuangkan. Gaji dan tunjangan saya juga akan dipergunakan mendukung kegiatan rakyat dan anak muda,” kata Alumni Universitas Lampung (Unila) ini.
Kemudian, soal dukungan terhadap anak muda, Hadin siap mengalokasikan gaji tersebut untuk kepentingan anak muda.
“Nantinya, 100 persen gaji dan tunjangan ini juga diberikan kepada anak muda, komunitas -komunitas, organisasi anak muda, apa pun sejenisnya,” terangnya.
Hadin membuktikan bukan hanya umurnya yang mewakili milenial, tetapi juga kepentingannya yang selaras mendukung milenial yang aktif dalam pergerakan hingga komunitas.
“Alasannya, karena kita tau organisasi di kampus maupun eksternal sering terhambat karena dana. Pengkaderan dalam organisasi pun membutuhkan dana, sehingga gaji dan tunjangan saya bisa dipakai organisasi/komunitas apa pun yang ada di Lampung,” imbuhnya.
Di singgung soal janji caleg yang kerap menjadi awalan tarik suara rakyat tanpa realisasi, Hadin mengaku siap dipermalukan oleh rakyat baik secara langsung maupun di media sosial.
“Kalau saya tidak tepat janji, silakan untuk permalukan saya, share foto orang tua saya, anak-istri saya, tempat tinggal saya, apa pun. Karena saya yakin itu (membohongi rakyat) tidak akan terjadi,” pungkasnya.