JAKARTA (HP) — Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Teguh Santosa mendapatkan undangan khusus untuk hadir dalam Belt and Road Journalists Forum (BRJF) 2023 di Beijing, Republik Rakyat China (RRC) yang diselenggarakan dari tanggal 12 sampai 19 Oktober.
Kegiatan yang bertema “Building a Beautiful Silk Road, Jointly Promoting Prosperity and Development” ini diselenggarakan Asosiasi Wartawan Seluruh China atau All China Journalist Association (ACJA) di Hotel Friendship, Beijing, dan dihadiri tidak kurang dari 65 wartawan dari 36 negara termasuk tuan rumah. Peserta mewakili semua benua yang ada, Asia dan Oseania, Afrika, Eropa, dan Amerika.
Teguh diundang karena merupakan salah seorang pimpinan organisasi wartawan yang ikut dalam pembentukan BRJF di bulan Oktober 2017. Ketika itu dalam kapasitas sebagai Ketua Bidang Luar Negeri Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Teguh mewakili Ketua Umum PWI alm. Margiono.
Dalam kegiatan BRJF tahun ini, selain Teguh, juga hadir dua wartawan dari Indonesia, yakni mantan Ketua Umum PWI Atal S. Depari dan Ahmad Kurnia. Keduanya mewakili Konfederasi Wartawan ASEAN atau Confederation of ASEAN Journaslists (CAJ).
Dalam keterangan yang dikirimkan dari Beijing, Teguh mengatakan, BRJF didirikan untuk mengawal pelaksaan kerjasama antara RRC dengan negara-negara di kawasan dalam kerangka Belt and Road Initiative (BRI) yang merupakan program unggulan pemerintahan Perdana Menteri Xi Jinping sejak berkuasa tahun 2012.
Setelah didirikan pada 2017, Teguh juga hadir dalam konferensi BRJF 2018 sebagai anggota Presidium BRJF, dan dalam kesempatan itu mewakili PWI menandatangani MoU dengan ACJA. Setelah itu, pada tahun 2019 Teguh absen karena tidak lagi menjadi pengurus PWI.
Adapun di tahun 2020, 2021, dan 2022, BRJF tidak diselenggarakan karena pandemi Covid-19 yang masih melanda.
“Saya senang kembali hadir dalam Forum ini. Seperti ketika ikut mendirikan BRJF, saya berharap Forum ini berperan sebagai sebuah wadah yang mempertemukan berbagai narasi yang berkembang di tengah masyarakat yang mengiringi kemitraan antara RRC dengan negara-negara lain di kawasan, agar kerjasama tersebut mengedepankkan kepentingan nasional dan tidak bertentangan dengan kepentingan rakyat,” ujar Teguh.
Dalam Piagam BRJF yang ditandatangani tahun 2016 disebutkan bahwa Forum didirikan berdasarkan semangat perdamaian dan kerjasama, keterbukaan dan inklusiftas, saling mempelajari, dan saling menguntungkan. (*)